welcome to my blog


Senin, 26 Maret 2012

7 Kesalahan Menilai Diri Sendiri

Merasa sebagai orang yang gak spesial, ato merasa menjadi orang yang gak penting n biasa-biasa aja??. Ternyata perasaan kaya gitu tuh wajar banget, yang gak wajar kalo akhirnya dengan perasaan tu kita jadikan sumber identitas kita untuk nggak pede ama orang lain. Banyak lho yang kemudian terjebak dengan kesialan ato kebukan siapa-siapanya menjadi orang yang introvert dan pesimis memandang kehidupan. Tapi banyak juga tokoh yang awalnya dianggap bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa tau-tau menjadi sangat dihargai dan dikenang sepanjang masa.
Tau gak, kita semua adalah manusia spesial. Mari kita tengok beberapa kesalahan kita memahami diri sendiri, di bawah ini ada 7 (tujuh) kesalahan yang harus segera dirubah:

1. Menganggap bahwa kehidupan tetap berjalan tanpa ada dirimu
Kehidupan kita memberi arti penting dalam dunia pergaulan, paling tidak untuk keluarga kita, ato paling tidak untuk kita sendiri. Kehidupan bukan sesuatu yang murah, sangat mahal dan kalau kita diberi kesempatan untuk hidup di muka bumi ini karena memang kita layak untuk menjadi penghuninya, berarti kita mampu memberi sumbangan bagi kehidupan, jadi ngapain nggak PD dengan kemanusiaan kita? 

2. Menilai bahwa orang terkenal lebih baik daripada kita
Kadang orang yang sudah menjadi terkenal dan sudah sering keluar masuk TV lewat acara-acara gosip, ato dalam acara-acara hiburan langsung kita anggap sebagai public figure, padahal apa pernah si “public figure” mendapat persetujuan dari public bahwa mereka layak dijadikan figure. Kan nggak pernah, mereka hanya menjadi figure terkenal yang tidak berarti berbanding lurus sebagai menjadi panutan.

3. Menganggap bahwa orang akan dihargai kalo pintar meniru
Ini yang menjadi kecenderungan yang sangat bodoh, kita tega menggadaikan identitas kita hanya gara-gara takut tidak bisa menari salsa, takut dikira bodoh hanya gara-gara nggak bisa bahasa inggris, minder kalo nggak kenal sama lagu yang sedang ngepop. Kita memiliki dunia yang berbeda itulah warna kehidupan, kalo semua harus sama ya nggak asik dong...

4.Mencoba menarik diri dari pergaulan
Pada saat kita selalu menjadi pecundang, yang paling sering dilakukan adalah menarik diri dari pergaulan, dan itu bukan solusi yang jitu. Itu hanya sikap melarikan diri. Menarik diri dari pergaulan makin membuat kita anti sosial dan berarti akan merugikan diri sendiri dalam pergaulan dan ciri kita sebagai makhluk sosial. Apabila kita memang merasa menjadi pecundang, yang paling oke yaitu membuktikan pada orang yang mengkalim kita looser, bahwa mereka tidak lebih baik dari kita. Misalnya dalam lingkungan hanya didiisi oleh Taufik Hidayat-Taufik Hidayat yang pintar bulutangkis, kan nggak kemudian Utut Adianto yang pintar
catur harus menarik diri.

5.Memihak pada sosok idola
Di antara sekian teman kita mungkin kadang ada yang kita anggap sebagai tokoh utama, entah karena kecantikannya, kekayannya, kepandaiannya, kenakalannya dan lain2. Tokoh utama itu menjadi banyak teman dan pengikut yang seakan-akan abdi dalem. Kalo kita memposisikan sebagai abdi dalem itu maka kita hanya sebagai pemain figuran dan sama saja dengan pecundang. Pada saat kita selalu memihak pada si tokoh utama kita merasa akan ikut eksis sepadan sama dia padahal kita hanya akan lebih mengibarkan benderanya sementara kita hanya terus menjadi tiang penyangganya.

6.Merekayasa kepribadian
Ini lebih konyol lagi, dalam sekumpulan orang yang sepintas nampak high quality tiba-tiba kita berlagak seakan-akan sekualitas dengan mereka dengan mengarang gaya duduk, gaya berjalan, cara makan, cara berkata, tersenyum, dan merancang cerita-cerita yang tidak sesuai kenyataan. Bayangkan kalo ternyata mereka semua sebenarnya hanya saling merekayasa seperti yang kita lakukan karena menganggap kita dan yang lain adalah high quality person... hehehehehe.... konyol bukan?

7.Menyimpulkan bahwa hidup itu kejam
Kesimpulan ini membuat kita menjadi skeptis, karena sebenarnya kehidupan ini sudah diatur dengan sangat seimbang. Biasanya sering mengalami kegagalan demi kegagalan yang kemudian memaksa kita menyimpulkan pendapat ini. Sementara kita sebenarnya tidak tahu betul apa yang terjadi kemudian?? Apakah yang kita anggap sebagai keberhasilan adalah benar2 yang terbaik? atau bahkan justru akan membahayakan atau merugikan kita. Maka lebih baik segala hal coba dilihat dari beberapa sudut agar kita menjadi lebih bijaksana.
Oke teman-teman, selesai pembahasan ini kalo ada komentar sangat dipersilahkan. Mudah-mudahan besok kita bisa cari topik baru lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar